CHI : Terjebak dalam kenikmatan diskusi bodoh

Menjadi manusia seutuhnya memang tak bisa terlepas dari sebuah diskusi bodoh sesama manusia. Entah berapa kali diskusi bodoh terjadi selama kita hidup. Baru tersadar ketika posisi, kondisi dan nasib kita tetap begini-begini saja. Lantas apa nama diskusi yang selama ini kita lakukan selain diskusi bodoh karena diskusi tak pernah merubah apapun dalam perjalanan hidup kita. Sayangnya diskusi macam ini sangat menarik dan nikmat untuk diikuti dan dilakukan. Bagaimana tidak, diskusi yang terasa seperti sebuah obrolan tongkrongan tentu sangat menarik bukan?

Sebelum jauh membahas masalah diskusi bodoh saya sedikit menjelaskan mengapa diskusi bisa disebut bodoh. Diskusi menjadi sangat bernilai dan bermanfaat ketika diskusi mengarah ke hal yang tepat. Sayangnya diskusi bodoh sedikit berbeda karena niatnya ke arah yang tepat namun bumbunya (pembahasan yang melebar) terlalu banyak sehingga niat utama kalah dengan bumbu-bumbu lain. Apa maksudnya?. Begini kita sering berdiskusi, ambil contoh kita berdiskusi tentang kinerja sebuah perusahaan yang sedang mengalami penurunan kinerja. Maka yang perlu didiskusikan adalah mengapa perusahaan mengalami penurunan kerja, bagaimana solusinya dan kapan kita lakukan solusi itu, setelah itu, mencari kesepakatan tentang apa hukuman yang akan diperoleh ketika solusi tidak dilaksanakan, selesai. Diskusi akan menghasilkan sebuah kesepakatan bersama yang tentunya akan dilaksanakan bersama juga sesuai hasil yang sudah didiskusikan tadi. 

Sayangnya diskusi yang banyak terjadi adalah tujuannya membahas penurunan kinerja, ketika membahas tentang mengapa terjadi penurunan kinerja maka arahnya menjelek-jelekkan satu sama lainnya. Saling menyalahkan, saling mempertanyakan, saling menuduh, saling mencurigai atau saling lempar tanggung jawab. ketika membahas bagaimana solusinya maka arahnya menyombongkan diri dan saling merasa lebih baik kinerjanya dari yang lainnya. Ketika membahas kapan solusi harus dilaksanakan maka arah bahasannya menggantung, rebutan menolak karena merasa paling sibuk, Merasa sudah melakukan solusi yang didiskusikan nyatanya tidak merubah keadaan, mencurigai solusi yang disepakati karena merasa bahwa solusi itu tidak akan berhasil tetapi nyatanya belum dicoba atau dilakukan sama sekali dan alasan-alasan lain. Ketika membahas dampak atau hukuman ketika solusi yang sudah disepakati bersama tidak dilaksanakan, Merasa terlalu berat hukumannya, Merasa dampaknya tidak terlalu signifikan meski solusi dilakukan, bahkan ada yang menyombongkan diri dengan merasa paling berat tugas dalam melaksanakan solusinya Faktanya belum mencobanya (Playing Victim) atau alasan-alasan lainnya. Dan sayangnya poin penting dalam diskusi yakni mengapa, bagaimana, kapan dan apa akibat atau hasilnya akan terlupakan karena terlalu banyak pembahasan yang melebar akibat alasan yang terlalu banyak diutarakan. 

Bukan berarti obrolan tongkrongan tidak baik ya? Akan tetapi kita harus membedakan diskusi dengan obrolan tongkrongan. Diskusi dilakukan karena ada sebuah masalah dan harus diselesaikan dan salah satu langkah pertama untuk menyelesaikannya adalah dengan mendiskusikannya terlebih dahulu. Tetapi obrolan tongkrongan lebih ke arah obrolan "ngalor-ngidul" yang sengaja dilakukan manusia untuk mengisi waktu luang, waktu istirahat atau waktu untuk hiburan bersama kawan, tetangga, saudara, istri, pacar, gebetan, selingkuhan atau lainnya. Topik bahasan juga lebih bebas atau tidak spesifik. Obrolan tongkrongan lebih banyak basa-basi tanpa ada keharusan memperoleh hasil. 

Banyak alasan mengapa diskusi yang tampaknya mengarahkan ke perbaikan justru membuang-buang waktu. Bahasan yang melebar kemana-mana, tentu memberikan dampak kepada hasil diskusi yang tidak efektif. Mengapa? Karena melebarnya terlampau besar, sehingga poin pentingnya terlupakan atau bahkan hilang. Tentu berbeda dengan nongkrong, jika nongkrong memang ada niatan untuk basa-basi, sehingga obrolan di tongkrongan akan melebar kemana-mana. Namun karena niatnya nongkrong, hal itu bisa sangat dinikmati. Jika diskusi untuk mencari penyelesaian masalah dianggap sebagai obrolan ala tongkrongan, tentu sangat sulit. Karena tak semua orang bisa mengambil pelajaran dari sebuah obrolan tongkrongan. Seperti yang saya katakan di atas, tongkrongan tidak mengharuskan orang nongkrong mendapatkan hasilnya, hasilnya bersifat pribadi, Ada yang nongkrong karena ingin mendengar cerita teman, belajar dari cerita kesuksesan teman, ada juga yang sengaja nongkrong untuk sekedar main bareng (mabar) game dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, alangkah baiknya dalam sebuah diskusi kita harus fokus pada masa masalahnya, mengapa bisa terjadi, bagaimana solusinya dan kapan eksekusi solusi tersebut kemudian apa hukuman yang akan diperoleh jika solusi tidak dilaksanakan. Jika itu pun tidak merubah apapun maka ada yang salah sasaran dalam menentukan apa masalahnya. Dan harus dideteksi ulang apa masalahnya kemudian dilakukan diskusi kembali untuk segera dicari dan dilaksanakan solusinya. Jika ingin ngobrol yang arahnya bebas tanpa kompas, makan nongkrong bareng kawan, tetangga, saudara, istri, pacar, gebetan, selingkuhan atau lainnya bisa jadi pilihan. Karena diskusi lebih kearah penyelesaian sebuah masalah baik di rumah tangga, hubungan atau pekerjaan sehingga arahnya jelas sedangkan obrolan tongkrongan lebih ke arah basa-basi "ngalor-ngidul" , larena arah bahasan tidak menentu tergantung kepentingan masing-masing.


Posting Komentar

0 Komentar