CHI : Diskusi yang Seharusnya

Tidak sedikit kita memaknai diskusi tapi pada akhirnya berdebat. Hari ini 28 Oktober 2024, Saya memposisikan sebagai orang yang haus ilmu, sehingga dalam diskusi saya bersifat pasif, lebih banyak mendengar. 


Dan hasilnya......!!!
Saya tidak menyangka bahwa ilmu yang saya pelajari di sekolah formal dahulu ternyata begitu menarik perhatian orang-orang teknik. Tak lama saya berbicara bersama beliau, tetap ilmu yang saya dapat luar biasa. Saya yang mempelajari ilmu itu secara formal hanya mengerti secara materi dan nol dalam hal eksekusi. Sebuah pukulan telak, yang membuat saya harus segera sadar bahwa kamu itu siapa. 

"Saya anak petani, yang berubah jadi buruh tani. Dan saya sendiri sibuk dengan fotokopi."

Saya akan jelaskan itu. 

Saya anak petani. Ya, saya adalah anak petani yang menggarap Apel (Buah Maskot dari Kota Batu). Almarhumah Ibu dan Almarhum Bapak saya bertani sembari menjadi buruh ternak kambing milik tetangga. Buah Apel yang mulai runtuh kejayaannya membuat orang tua beralih menjadi buruh tani jagung manis di lahan milik saudara. Dan saya sebagai anaknya ingin jadi petani karena bertani ternyata salah budaya yang menyenangkan. Namun kesenangan itu runtuh karena nasib orang tua saya yang tak sementereng pekerja lain semacam PNS, Pedagang, Pengepul, bahkan pengemis. 

Ternyata ada dunia lain yang menarik perhatian saya. Yakni dunia teknologi informasi dan digital seperti internet, web, komputer, IT, design, ilustrasi, dll. Masuklah saya di dunia itu. Dan itulah yang menjadi kesibukan saya sekarang. Hati kecil masih ingin menjadi petani, karena menemukan antitesis nasib Petani dari sudut pandang saya. Antitesis ini saya dapat dari dunia internet dimana petani di belahan dunia lain, nasibnya tak seburuk orang tua saya. Bagaimana satu petani mampu mengelola 1 hektar lebih pertanian secara mandiri, Bagaimana pertanian begitu open minded dan tidak apatis terhadap teknologi, bagaimana petani tidak resah dengan harga pasar, bagaimana petani begitu diminati dan menarik generasi muda, dan bagaimana-bagaimana yang lain. 

Baik kita kembali tentang diskusi saya Hari ini. Dalam diskusi ini saya menemukan hal yang menarik bagaimana sebuah usaha berhasil ketika dia mampu melewati banyak rintangan dan menerapkan banyak strategi. Saya berdiskusi dengan salah satu supplier buah dan sayur di hotel-hotel yang ada di kita batu. Sangat menarik karena beliau menceritakan perjalanannya yang cukup panjang dan berliku hingga mencapai posisi sekarang. Bagaiman beliau mendirikan usaha kemudian jadi buruh kembali lagi menjadi pengusaha, balik lagi jadi buruh, diceritakan beliau semuanya. Jika dibayangkan mungkin berat sekali. Tapi di akhir beliau selalu mengatakan, semua itu pasti bisa dilalui. 

Saya juga berdiskusi dengan salah seorang pengusaha yang bergerak di bidang pertanian. Kebetulan saya berdiskusi di tempat beliau. Pabrik Apel namanya. Beliau bercerita panjang lebar tentang perjuangan beliau yang merupakan lulusan teknik sipil untuk mendirikan usahanya ini. Bahkan beliau rela nekat pergi ke luar negri hanya untuk survey selama satu tahun. Hingga beliau memiliki sudut pandang lain yang bisa diterapkan dalam usahanya dan berhasil hingga mencapai posisi saat ini. Beliau berkesimpulan bahwa berwirausaha itu butuh waktu yang cukup panjang, tidak cukup hanya 1 generasi melainkan beberapa generasi. Usha yang kita dirikan mungkin akan menjadi besar ketika sudah berganti beberapa generasi setelah kita. Dan itu harus menjadi dasar pemikiran kita sebagai seorang wirausahawan. 

Saya mengambil kesimpulan seperti ini. Dalam sebuah perjalanan dunia wirausaha, banyak sekali proses yang harus dilalui. Dan jangan berharap orang lain peduli dengan proses itu, karena orang lain hanya peduli dengan hasil yang diraih. Jika gagal siap dihujat, jika sukses jangan terlena dengan sanjungan. Wirausaha itu pekerjaan yang tak ada akhir. Karena akan selalu ada hal yang terus kita kembangkan. Mungkin generasi pertama hanya sanggup sampai titik tertentu, dan dilanjutkan generasi selanjutnya sampai titik tertentu begitu terus. 

Sebagai contoh , Budi Hartono dan Michael Hartono 2 makan beradik yang menempati posisi 2 dan 3 orang terkaya di Indonesia Beliau adalah pemilik pabrik rokok Djarum. Beliau menjadi orang terkaya setelah meneruskan usaha generasi sebelumnya. Pendiri pabrik Djarum sendiri adalah orang tua mereka yakni Oei Wie Gwan yang juga meneruskan dengan cara membeli sebuah perusahaan dari generasi sebelumnya yang hampir bangkrut bernama NV Murup yang mempunyai merek rokok Djarum Gramofon, yang kemudian di potong menjadi Djarum. Kini ditangan sang adik kakak, Djarum grup memiliki lini usaha di berbagai bidang seperti BCA (Perbankan), Polytron (Elektronik), Mola (Televisi), Como FC (Club sepakbola Italia, kini bermain di Serie-A) dan masih banyak lagi usaha Djarum group di bidang lain seperti perkebunan, musik, ritel, pusat perbelanjaan, resort, hotel dan pariwisata. Kini kakak beradik ini juga hanya berstatus pemilik, karena pengelola dari perusahaan-perusahaan tersebut diserahkan kepada profesional. 

Posting Komentar

0 Komentar