Foto oleh Stefan Stefancik
Pada suatu malam, saya sedang duduk mencoba memanfaatkan kesempatan luang untuk mengasah otak dan hati saya untuk terus menawarkan sebuah perintah pada jasad saya. Maka pada Pertempuran itu jasad saya bergerak melakukan tindakan yang biasa dilakukan kebanyakan orang, berselancar di media sosial.
Banyak sekali hal yang begitu menarik perhatian saya. Tepat pada sebuah postingan, membuat hati dan pikiran saya beradu. Setelah Postingan demi postingan membuat hati kalah beradu dengan pikiran saya dan terus menikmati bintang-bintang itu. Hingga muncul sebuah kesepakatan antara hati dan pikiran saya tentang beberapa hal, yang kemudian terbesit perumpamaan mengenai hal tersebut yakni "Bintang di langit memang indah, tetapi di Bumi kita hidup". Sebuah kesepakatan hati dan pikiran saya hingga menggerakkan tangan saya untuk menuliskan ini.
Jadi, perumpamaan itu saya buat karena adanya hal yang mulai menggelisahkan. Kebanyakan media sosial diisi dengan postingan tentang pemikiran pribadi. Sayangnya tak sedikit justru terkesan Kebablasan. Memang pikiran adalah hak setiap manusia, tapi hidup yang tenang juga hak setiap manusia. Ketika pemikiran seseorang yang seharusnya dijadikan sebagai pemikiran pribadi akan lebih baik jika dirinya sendiri yang tahu, dan orang lain tak perlu mengetahui. Berbeda hak pribadi dan hak bersosial. Sayangnya saat ini hak pribadi seolah wajar jika digunakan untuk menuntut keadilan hak bersosial sementara hak sosial digunakan untuk menuntut hak pribadi. Campur aduk ini tak bisa selamanya terasa enak seperti gado-gado. Misal ada seorang yang setuju dengan LGBT terus hukum sosial disekitar kita mengatakan bahwa LGBT tidak diperbolehkan, seseorang setuju dengan LGBT adalah hak pribadi, sementara lingkungan sekitar yang tidak setuju adalah hal sosial. Jika yang hak pribadi itu diutarakan ke hak sosial tentu akan ada banyak tanggapan, ada yang baik ada yang buruk. Dan kebanyakan adalah tanggapan-tanggapan yang mengarah pada keburukan.
Perbedaan pendapat penyelesaiannya adalah dengan toleransi, namun toleransi juga mulai berubah pengertiannya. Ketika ada 2 orang atau kelompok berselisih pendapat tak sedikit berakhir dengan saling menjatuhkan, perkelahian, tawuran bahkan saling membunuh. Toleransi itu untuk digunakan diri sendiri. Ketika ada orang yang berbeda pendapat dengan kita bukan mereka yang seharusnya diminta bertoleransi, tapi hati dan pikiran kita yang harus diperkuat toleransinya.
Di media sosial, tak sedikit berseliweran tentang postingan-postingan bintang. Maksudnya begini, bintang itu ada di langit dan kita manusia sejauh ini hanya mampu sampai ke bulan. Sementara teknologi manusia dalam membuat pesawat ruang angkasa tanpa awak paling jauh adalah ke planet Saturnus dan Jupiter. Buan dan kedua planet tersebut masih satu bintang dengan bumi, artinya belum ada manusia yang mampu bepergian lintas bintang. Namun bintang sangat indah jika dilihat dari bumi. Sama seperti berita gosip artis, perseteruan orang lain, foto para calon pimpinan politik, dll.
Ketertarikan kita pada hal semacam itu kadang sampai membuat lupa bahwa sekitar kita lebih layak dan butuh diperhatikan guna menunjang diri sendiri untuk maju. Kita sering berapi-api ketika membahas masalah yang jauh bagaikan bintang di langit, tetapi berebut menolak ketika dimintai bantuan tetangga yang butuh makan. Kita sering bersemangat ketika membahas calon presiden tapi malas ketika ada pelanggan yang sedang membutuhkan jasa kita. Kita begitu emosional ketika membahas perseteruan dan segala macam kegiatan antar partai politik namun terlalu santai ketika menyelesaikan kewajiban yang menunjang kebutuhannya.
Bintang di langit memang indah, tetapi di bumi kita hidup. Jika begitu bersemangat menceritakan indahnya bintang maka bersemangat pula untuk menebar kebaikan di bumi. Menggapai bintang memang perlu tapi di bumi kita kembali. Bintang di langit perlu diperhatikan untuk diambil pelajaran agar kita bisa hidup dengan baik di bumi. Jika perhatianmu kepada bintang membuatmu lupa kehidupanmu di bumi maka buanglah perhatian itu, perhatikan saja sekitarmu, jika perhatianmu kepada sekitar membuatmu lupa kebutuhanmu hidup di bumi, maka tinggalkan perhatianmu fokuslah untuk memperbaiki kehidupanmu sendiri.
0 Komentar